Semoga Bermanfaat
islampos.com—MENYEBUTKAN Kartosoewirjo akan selalu menyebut tokoh
besar Indonesia lainnya. Bung Karno. Menurut buku “Hari Terakhir
Kartosoewirjo” karya Fadli Zon, Eksekusi mati terhadap Kartosoewirjo
dilakukan pada September 1962 atas persetujuan Presiden Soekarno. Saat
itu Bung Karno mengaku keputusan untuk menandatangani eksekusi mati itu
merupakan salah satu hal terberat dalam hidupnya.
Konon, sebelum Bung Karno bersedia menandatangani vonis mati itu,
sang proklamator berkali-kali menyingkirkan berkas eksekusi mati
Kartosoewirjo dari meja kerjanya. Hal itu dilakukannya bukan tanpa
alasan, Bung Karno dan Kartosoewirjo adalah dua orang karib. Keduanya
berguru pada orang yang sama yakni HOS Tjokroaminoto. Saat itu keduanya
tinggal di sebuah rumah kontrakan milik tokoh Sarekat Islam itu.
“Di tahun 1918 ia adalah seorang sahabatku yang baik. Kami bekerja
bahu membahu bersama Pak Tjokro demi kejayaan Tanah Air. Di tahun 20-an
di Bandung kami tinggal bersama, makan bersama dan bermimpi
bersama-sama. Tetapi ketika aku bergerak dengan landasan kebangsaan, dia
berjuang semata-mata menurut azas agama Islam,” kata Soekarno dalam
buku ‘Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat’ Karya Cindy Adams, Terbitan
Media Pressido.
Sudah jelas ada perbedaan ideologi antara Soekarno dan Kartosoewirjo.
Perbedaan itu tak pelak menyebabkan keduanya berseberangan dan
mengambil jalan masing-masing.
Pada 7 Agustus 1949, Kartosoewirjo memproklamasikan Negara Islam
Indonesia (NII) di Tasikmalaya. Dengan militansi yang dimilikinya,
Kartosoewirjo melebarkan gerakan dan pengaruhnya hingga ke sebagian
Pulau Jawa, Aceh, dan Sulawesi Selatan. [sa/islampos//merdeka]
Thursday, November 28, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment