Semoga Bermanfaat
islampos.com—FOTO-foto yang ditampilkan dalam buku ‘Hari Terakhir
Kartosoewirjo’ itu sangat nyata. Menggambarkan tahapan eksekusi dengan
sangat detail dan runut. Padahal kejadian itu sudah 50 tahun berlalu,
darimana sebenarnya Fadli Zon mendapatkan 81 foto tersebut?
“Foto ini saya dapatkan dari seorang kolektor yang saya beli dua
tahun lalu,” kata Fadli Zon saat peluncuran bukunya di Galeri Cipta,
Cikini, Jakarta Pusat, pada hari Rabu (5/9/2012).
Namun saat ditanya soal harga foto-foto tersebut, Fadli enggan membocorkannya. ”Saya lupa. Itu dua tahun lalu,” kata Fadli.
Saat gambar itu didapat, foto-foto sudah dilengkapi dengan keterangan
di masing-masing foto. Foto yang didapat itu dari saat Kartosoewirjo
makan siang sampai eksekusi mati.
“Dilengkapi juga dengan caption dengan rangkaian dari makan
siang terakhir sampai dengan kemudian eksekusi sekitar September 1962,”
kata pria yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra.
Dikarenakan foto itu telah berumur puluhan tahun, jadi cukup sulit
untuk mengetahui siapa yang mengabadikannya dengan apik dan leluasa.
“Hampir bisa dipastikan semua foto yang berada dalam koleksi ini belum
pernah dipublikasikan dan hanya ada satu-satunya di dunia. Kemungkinan
besar foto-foto ini didokumentasikan oleh tentara,” jelas Fadli.
Alasan Fadli menyebut tentara yang mengambil foto pun berdasarkan
keleluasaan sang fotografer mengambil gambar. “Ini dapat dilihat dari
keterlibatan orang-orang yang hadir dalam peristiwa eksekusi dan cara
menuliskan keterangan foto yang serba kaku khas tentara,” tutur Fadli.
Fadli ingin publik melihat sejarah di masa lalu dengan cara lebih
dewasa dan lebih tenang. Masyarakat juga diharapkan bisa melihat ke
depan. Sekalipun ada perbedaan, itu diharapkan bisa direkonsiliasi.
“Kami belajar supaya tidak terulang kembali dan hal-hal seperti ini
akan terjadi di masa lalu termasuk DI/TII. Kami dudukan secara
proposional tidak perlu emosional,” ujarnya.
Ia juga mengaku, tidak ada maksud politis dalam pembukuan 81 foto
ini. ”Tidak ada maksud politis. Karena September ini 50 tahun eksekusi
matinya. Ini untuk meluruskan sejarah,” tambah Fadli.
[hf/islampos/detikcom/merdeka/vivanews]