Sekedar Info :
TRIBUNNEWS.COM - Jangan kaget bila dari Januari hingga 21 Maret 2014, Anda akan menjumpai langit yang masih terang benderang walaupun waktu sudah lewat magrib.
Di jejaring sosial Twitter, ramai dibicarakan bahwa hingga pukul 18.30, langit di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan beberapa kota lainnya masih terang.
Beberapa pengguna Twitter membuat guyonan akan fenomena itu dengan mengatakan bahwa Matahari sedang lembur. Ada juga yang mengaitkan fenomena hari ini dengan badai Matahari yang meletup pada Rabu (8/1/2014) dini hari.
"Tumben langit masih terang," demikian kicauan akun milik Zella yang tinggal di Bogor.
"Udah jam setengah tujuh tapi langit masih terang loh," kicau Fitri yang tinggal di Jakarta.
"Mataharinya lembur, jam segini langit masih terang," demikian kicauan Raden yang juga tinggal di Jakarta.
Ada pula yang mengaitkan langit terang dengan badai Matahari yang meletup pada Rabu (8/1/2014) dini hari dan membuat peluncuran kargo antariksa Cygnus ditunda.
"Ini efek badai Matahari-nya serem amat. Jam segini masih terang," kicau pengguna lain Twitter, Ikhsan.
Profesor riset astrofisika dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional, Thomas Djamaluddin, mengungkapkan bahwa fenomena panjangnya waktu siang dibanding malam itu terkait dengan posisi Matahari.
Matahari mengalami gerak semu tahunan. Pada 22 Desember 2013, Matahari tepat berada di 23,5 derajat Lintang Selatan. Seiring dengan waktu, Matahari bergerak ke utara. Pada 21 Maret 2014 nanti, Matahari akan tepat berada di Khatulistiwa.
Normalnya, saat 23 September dan 21 Maret, panjang siang dan malam sama. Namun, sekitar bulan Januari, siang lebih panjang daripada malam. "Matahari tenggelam lebih lambat sementara waktu subuh pun lebih awal," kata Thomas, Kamis (9/1/2014).
Salah satu konsekuensi dari pergerakan semu tahunan itu, kata Thomas, adalah perbedaan durasi waktu antara siang dan malam, walau tidak ekstrem. Hingga beberapa waktu ke depan, siang di Indonesia akan lebih lama daripada malam. Magrib masih terang, sementara waktu subuh beberapa menit lebih awal.
"Ini akan berlangsung sampai 21 Maret mendatang, saat Matahari melintasi ekuator," kata Thomas.
"Tentu saja, semakin mendekati 21 Maret nanti, perbedaan durasi waktu siang dan malam semakin singkat," ujarnya.
Faktor lain yang memengaruhi adalah wilayah Indonesia yang saat ini sedang disinggahi Osilasi Madden Julian yang aktif pada fase penekanan konveksi.
"Akibatnya, pembentukan awan berkurang. Matahari tampak terang," kata Thomas.
Terkait dengan pengaruh badai Matahari, Thomas mengatakan, "Tidak ada kaitannya."
Sunday, January 12, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment